Kamis, 14 September 2017

SEJARAH KERAJAAN DEMAK


Sejarah Kerajaan Demak

 A. Awal Berdiri Kerajaan Demak
Demak adalah kesultanan atau kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden Patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit putra dari Brawijaya V dan Putri Champa dari Tiongkok yang menjabat sebagai Adipati Kadipaten Bintara, Demak. Raden Patah secara diam-diam pergi ke Jawa yang tepatnya di Surabaya dan berguru kepada Sunan Ampel. Kemudian Sunan Ampel memerintahkan kepada Raden Patah supaya pindah ke Jawa tengah untuk membuka hutan Glagah Wangi atau Bintara lalu mendirikan pesantren. Lambat laun, banyak yang menjadi santri di pesantren tersebut dan pada akhirnya, Demak berkembang pesat. Raden Patah dikukuhkan menjadi Adipati Demak oleh ayahnya, Brawijaya V dan mengganti nama Demak menjadi Bintara yang akhirnya disebut Demak Bintara.

Pamor Kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembilan orang ulama besar, pendakwah islam paling awal di pulau Jawa. Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi. Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Fatah menjadi Sultan Demak Bintoro yang pertama. Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut Islam seperti Jepara, Tuban dan Gresik. Raden Patah sebagai adipati Islam di Demak dan memutuskan ikatan dengan Majapahit saat itu yang memang tengah berada dalam kondisi yang sangat lemah. Melalui proklamasi tersebut, Radeh Patah menyatakan kemandirian Demak menjadi sebuah kerajaan sendiri dan diberilah gelar sebagai Sultan Syah Alam Akbar. 

Berikut adalah faktor-faktor yang mendorong berdirinya Kerajaan Demak:
- Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis yang menyebabkan para pedagang Islam mencari persinggahan dan perdagangan baru, misalnya di Demak.
- Raden Patah, pendiri Demak masih keturunan Raja Majapahit Brawijaya V. Raden Patah mendapat dukungan dari para wali yang sangat dihormati.
- Banyak adipati pesisir yang tidak puas dengan Majapahit dan mendukung Raden Patah.
- Mundur dan runtuhnya Majapahit.
- Pusaka Kerajaan Majapahit sebagai lambang pemegang kekuasaan diberikan kepada Raden Patah. Dengan demikian, Kerajaan Demak merupakan kelanjutan dari Kerajaan Majapahit dalam bentuk yang baru.

B.  Letak Geografis Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, yang pada awal munculnya Kerajaan Demak mendapat bantuan dari para bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam. Sebelumnya Demak bernama Bintoro yang merupakan daerah vassal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai Demak, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria.. Bintoro sebagai pusat kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola adalah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang penting bagi kerajaan Demak. 

Peta Kerajaan Demak

C.  Perkembangan Kerajaan Demak
Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di daerah pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu membentuk suatu persekutuan  di bawah pimpinan Demak. Setelah kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama dipulau Jawa. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut:

Raden Patah (1478 - 1518)
Raden Patah menurut babad Tanah Jawi adalah keturunan raja terakhir Kerajaan Majapahit (Raja Brawijaya V dan seorang putri dari Cina). Setelah Raden Patah dewasa diangkat oleh kerajaan Majapahit menjadi Raja bawahan di Bintoro (Demak) dengan gelar Sultan Alam Akbar Al Fattah. Setelah kerajaan Majapahit. Kemudian Raden Patah mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa. Nama kecil Raden Patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa mudanya Raden Patah memperoleh pendidikan yang berlatarbelakang kebangsawanan dan politik. Selama 20 tahun Raden Patah hidup di istana Adipati Palembang dan kembali lagi ke Majapahit setelah berusia dewasa.

Raden Patah sempat tinggal beberapa lama di Ampel Denta bersama para saudagar muslim ketika itu. Disana Raden Patah mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina, yaitu Laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin (seorang panglima muslim). Raden patah mendalami agama Islam bersama pemuda-pemuda lainnya yakni Raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah selesai menamatkan pendidikan agama, Raden Patah dipercaya menjadi ulama  dan membuat permukiman di Bintara. Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa.
Raden Patah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah pemerintahannya, Demak berkembang dengan pesat karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai. Pada masa pemerintahan Raden Patah, wilayah kekuasaan kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Disamping itu, kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan –pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkemabng menjadi pelabuhan transito (penghubung). Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama Islam sangatlah besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar pulau Jawa, seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang bernama Tunggang Parangan.

Adipati Unus / Pati Unus ( 1518 - 1521 )
Setelah Raden Patah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis, tetapi Adipati Unus tidak mengurungkan niatnya. Pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada perangnya menuju Malaka. Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan.

Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama karena meninggal dalam usia yang sangat muda. Adipati Unus dikenal sebagai panglima perang yang gagah berani melakukan blokade terhadap Portugis di Malaka. Keberanian Adipati Unus menyerang kedudukan Portugis di Malaka membuat Adipati Unus dijuluki Pangeran Sabrang Lor (pangeran yang pernah menyerang ke utara). Oleh karena Adipati Unus meninggal tidak meninggalkan putra mahkota, maka Adipati Unus digantikan oleh salah seorang adiknya yang bernama Raden Trenggana (Sultan Trenggono).

Sultan Trenggana (1521 - 1546 )
Sultan Trenggana dilantik menjadi raja Demak oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Pada masa pemerintahan Sultan Trenggana, kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya dan agama Islam berkembang lebih luas. Pada tahun 1522 M Demak mengirimkan pasukan ke Jawa Barat yang dipimpin oleh Fatahillah. Tujuan pengiriman tersebut untuk menggagalkan terjadinya hubungan antara kerajaan Pajajaran dan Portugis. Fatahillah berhasil mengusir Portugis dan menduduki Banten dan Cirebon, kemudian Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.

Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 22 Juni 1527 M, kemudian tanggal 22 Juni diperingati sebagai hari jadi Kota Jakarta. Dalam perluasan pengaruh Demak di Jawa Timur dipimpin langsung oleh Sultan Trenggana. Satu per satu daerah di Jawa Timur seperti Madiun, Gresik, Tuban, Singasari, dan Blambangan berhasil dikuasai. Namun, ketika menyerang Pasurua pada tahun 1546 M, Sultan Trenggana gugur. Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin dari Sunan Gunung Jati. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah berhasil mengalahkan Majapahit.

Pangeran / Sunan Prawoto (1546 - 1549 )
Pada tahun 1546, Sultan Trenggana menemui ajalnya di medan pertempuran ketika melancarkan penyerangan di Pasuruan. Sejak Sultan Trenggana wafat, Kerajaan Demak dilanda persengketaan dalam memperebutkan kekuasaan yang berada di kalangan keluarga kerajaan.

Pengganti Sultan Trenggana seharusnya ialah Pangeran Mukmin atau Pangeran Prawoto selaku putra tertua dari Sultan Trenggana , namun kemudian Pangeran Prawoto dibunuh oleh Bupati Jipang yaitu Arya Penangsang.

Kemudian, tahta kerajaan Demak akhirnya diduduki oleh Arya Penangsang. Namun keluarga kerajaan ternyata tidak menyetujui atas naik tahtanya Arya Penangsang menjadi Raja. Lalu akhirnya Arya penangsang berhasil dikalahkan oleh kerajaan Demak berkat bantuan dari Jaka Tingkir. Sejak saat itu wilayah kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang.

D. Kehidupan Ekonomi
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya, bahwa letak Demak sangat strategis di jalur perdagangan nasional memungkinkan Demak berkembang sebagai kerajaan maritm. Dalam kegiatan perdagangan, Demak berperan penting sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah di Indonesia bagian Timur dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian Barat. Dengan demikian peragangan Demak semakin berkembang. Hal ini juga didukung oleh penguasaan Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa. Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi. 

E.  Bukti Peninggalan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1475. Bukti sejarah yang mengabarkan tentang keberadaan kerajaan ini di masa lalu sudah cukup banyak didapatkan. Adapun beberapa bukti lain yang berupa peninggalan bersejarah seperti bangunan atau benda-benda tertentu juga  masih terpelihara hingga sekarang. Beberapa bangunan atau benda peninggalan kerajaan Demak tersebut misalnya Masjid Agung Demak, Soko Guru, Pintu Bledeg, Bedug dan Kentongan, situs Kolam Wudlu, serta maksurah yang berupa pahatan atau ukiran indah.

  

Masjid Agung Demak

Peninggalan Kerajaan Demak yang paling dikenal tentu adalah Masjid Agung Demak. Bangunan yang didirikan oleh Walisongo pada tahun 1479 ini masih berdiri kokoh hingga saat ini meski sudah mengalami beberapa renovasi. Bangunan ini juga menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Demak pada masa silam telah menjadi pusat pengajaran dan penyebaran Islam di Jawa.

Pintu Bledek
Bledek berasal dari bahasa Jawa yang berarti petir, oleh karena itu pintu bledek diartikan sebagai pintu petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 dan menjadi pintu utama dari Masjid Agung Demak.

Pintu Bledek

Saat ini, pintu bledek sudah tak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Pintu bledek dimuseumkan karena sudah mulai lapuk dan tua dan menjadi koleksi peninggalan Kerajaan Demak dan kini disimpan di dalam Masjid Agung Demak.

         
Soko Tatal dan Soko Guru

Soko Guru adalah tiang berdiameter mencapai 1 meter yang berfungsi sebagai penyangga tegak kokohnya bangunan Masjid Demak. Ada 4 buah soko guru yang digunakan masjid ini, dan berdasarkan cerita semua soko guru tersebut dibuat oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Sunan mendapat tugas untuk membuat semua tiang tersebut sendiri, hanya saja saat ia baru membuat 3 buah tiang setelah masjid siap berdiri. Sunan Kalijaga dengan sangat terpaksa kemudian menyambungkan semua tatal atau potongan-potongan kayu sisa pembuatan 3 soko guru dengan kekuatan spiritualnya dan mengubahnya menjadi soko tatal alias soko guru yang terbuat dari tatal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar